Baju Yang Kamu Pakai Bisa Membuat Kamu Lebih Pintar, atau Sebaliknya.

Percaya tidak? Kalau baju yang kamu pakai bisa membuat kamu lebih pintar atau sebaliknya, lebih tidak pintar. Aneh kan? Masak iya baju bisa membuat kita pintar? Jangan mengira ini tentang baju yang punya banyak saku rahasia sehingga kamu bisa menyelipkan contekan tanpa takut ketahuan guru. Bukan, sama sekali bukan seperti itu.

Jadi begini ceritanya. Beberapa peneliti telah melakukan suatu penelitian yang ingin mengetahui apa ada hubungan antara kemampuan berpikir dengan pakaian yang dikenakan ketika mengerjakan sesuatu.

Pertama, ada beberapa orang yang disuruh mengerjakan suatu tes, namanya Stroop test. Yang mereka lakukan sama. Bedanya, separuh dari mereka mengenakan jas laboratorium yang putih seperti punya dokter itu, dan yang separuhnya lagi tidak. Hasilnya?

Ternyata hasil test mereka beda jauh. Mereka yang ketika melakukan test memakai baju lab hanya membuat separuh kesalahan dari mereka yang tidak memakai baju lab.

Tidak percaya dengan hasil tadi, para peneliti itu kemudian melakukan test berikutnya. Test-nya sederhana, hanya untuk menemukan perbedaan pada dua gambar yang mirip. Sekarang, semua memakai baju lab, tapi beberapa dari mereka diminta untuk menganggap mereka sebenarnya memakai baju kerja tukang cat. Hasilnya?

Hlah! Ternyata mereka yang tidak diminta menganggap sedang memakai baju kerja tukang cat nilainya secara signifikan lebih tinggi dibanding mereka yang merasa sedang berpakaian seragam tukang cat. Aneh kan? Padahal nyatanya mereka sama-sama memakai baju lab. Hanya karena menganggap diri mereka tukang cat, hasil tes-nya bisa buruk.

Para peneliti itu beranggapan, dengan mengenakan baju jas laboratorium itu, seseorang akan merasa lebih pintar, sebagaimana kata seorang psikolog, hanya dengan percaya bahwa kita pintar sebenarnya memang membuat kita pintar. Yang menyedihkan adalah, bahwa hampir semua dari kita beranggapan bahwa tukang cat itu tidak pintar.

Sebenarnya bagaimana sih pakaian bisa mempengaruhi kecerdasan pemakainya? Bagaimana kalau misalnya mereka memakai baju renang?

Sebuah studi lain memperlihatkan hasil yang kurang lebih sama. Sekelompok pria dan wanita diminta untuk mengerjakan soal matematika yang rumit. Beberapa mengenakan sweater, yang lain memakai baju renang. Setelah lembar jawaban mereka diperiksa, bisa disimpulkan bahwa bagi wanita, mengenakan baju renang itu membuat nilai mereka jelek, sementara bagi pria, baju renang justru membuat nilai mereka lebih tinggi atau setidaknya sama.

Terlihat jelas, bahwa wanita lebih mudah merasa menjadi korban daripada pria, sehingga perasaan inferior (ketika memakai baju renang) mengganggu kemampuan berfikir dan fokus mereka terhadap soal yang dikerjakan. Sebaliknya pada pria, sepertinya kesempatan untuk menonjolkan diri dengan memakai baju renang saja membuat pria lebih cerdas.

Supaya kita tidak jadi ngawur dan mencoba-coba menjadi dokter bedah hanya karena sudah mengenakan baju bedah dan punya seperangkat alat bedah, berhentilah sejenak dan mari kita simpulkan apa yang sebenarnya dikatakan hasil penelitian ini…

Ini bukan tentang bagaimana pengaruh baju yang kita kenakan terhadap aktivitas otak. Tapi ini tentang betapa fleksibel-nya kecerdasan yang kita miliki, yang ternyata dipengaruhi begitu banyak hal, mulai dari keadaan emosional kita, kemampuan kita untuk fokus, dan alasan-alasan lain yang hanya diketahui Tuhan. Mengukur kecerdasan itu sama sekali tidak sama dengan mengukur tinggi badan. Kecerdasan berubah-ubah tergantung saat kapan kita di tes dan seberapa fokus kita terhadap tes tersebut.

Jadi, buat kamu yang akan mengikuti suatu tes, entah ulangan harian, UN, ujian SIM, wawancara kerja, atau pertama kali akan ketemu calon mertua, ada baiknya perhatikan penampilan dan baju kamu. Pilihlah yang membuat kamu merasa nyaman dan percaya diri. Dan ketika kamu bercermin, yakinlah bahwa apa yang kamu lihat di dalam cermin itu adalah kamu yang kamu inginkan. Bukan kamu yang kamu takutkan orang lain melihat. Have a good luck.

Share :